Kuliner yang fomo di Indonesia telah menjadi fenomena budaya tersendiri dalam beberapa tahun terakhir. Istilah FOMO, atau Fear of Missing Out, yang awalnya merujuk pada kekhawatiran tertinggal dari aktivitas sosial, kini merambah dunia kuliner dengan kecepatan luar biasa. Media sosial menjadi katalis utama, mengubah hidangan sederhana menjadi objek buruan yang wajib dicicipi, difoto, dan dibagikan. Dari sajian kaki lima hingga kreasi fusion yang inovatif, berbagai makanan berhasil menarik perhatian dan menciptakan antrean panjang, seolah-olah siapa pun yang tidak mencicipinya akan merasa ketinggalan zaman.
Fenomena Kuliner Fomo di Indonesia: Kenapa Kita Selalu Ingin Ikut Tren?
Fenomena ini tidak muncul begitu saja. Ada beberapa faktor yang berkontribusi pada daya tarik kuliner yang fomo di Indonesia. Pertama, sifat visual makanan yang sangat cocok dengan platform seperti Instagram dan TikTok. Sebuah hidangan yang disajikan dengan menarik atau memiliki cerita unik akan dengan mudah menjadi viral. Kedua, rekomendasi dari food vlogger atau influencer memiliki dampak yang signifikan, membangun kepercayaan dan keinginan untuk mencoba. Ketiga, faktor kelangkaan atau edisi terbatas (misalnya, hanya tersedia di beberapa tempat atau dalam jumlah terbatas) secara ironis justru meningkatkan daya tarik. Terakhir, sensasi menjadi bagian dari tren, berbagi pengalaman yang sama dengan jutaan orang lainnya, memberikan kepuasan tersendiri.
Lima Kuliner Hits yang Menggugah Hasrat FOMO Anda
Berikut adalah lima jenis kuliner yang berhasil menciptakan gelombang FOMO di tengah masyarakat Indonesia, membuat banyak orang berbondong-bondong untuk ikut merasakan sensasi dan keunikannya.
1. Seblak Coet/Viral: Sensasi Pedas yang Menggila
Seblak, hidangan khas Bandung berbahan dasar kerupuk basah dengan bumbu kencur pedas, sebenarnya sudah lama populer. Namun, varian “seblak coet” atau “seblak viral” yang dipopulerkan oleh seorang selebriti beberapa waktu lalu, membawa hidangan ini ke level FOMO yang sama sekali baru. Dengan penyajiannya langsung di cobek panas, bumbu kencur yang digilas segar, dan tingkat kepedasan yang bisa disesuaikan, seblak ini sukses memancing rasa penasaran banyak orang. Antrean panjang di gerai-gerai yang menjual varian ini menjadi pemandangan lumrah, seolah menjadi bukti bahwa cita rasa pedas dan gurihnya yang unik memang tak boleh dilewatkan.
2. Cromboloni: Pastry Hybrid Inovatif yang Menggila
Cromboloni adalah bukti nyata bagaimana inovasi kuliner bisa menciptakan kegilaan massal. Perpaduan antara croissant yang renyah dan berlapis dengan bomboloni atau donat isi yang lembut, cromboloni menawarkan pengalaman rasa dan tekstur yang tak biasa. Dengan berbagai isian krim manis seperti cokelat, tiramisu, matcha, hingga pistachio, serta taburan aneka topping, cromboloni cepat menjadi bintang di media sosial. Orang-orang rela antre berjam-jam, bahkan hingga kehabisan, hanya untuk mendapatkan satu buah cromboloni. Video-video review dan “berburu cromboloni” membanjiri lini masa, semakin memicu FOMO di kalangan pecinta makanan manis.
3. Mie Pedas Kekinian (Contoh: Mie Gacoan, dll.): Tantangan Rasa di Setiap Suapan
Konsep mie pedas dengan berbagai level kepedasan telah lama ada, namun kini berevolusi menjadi sebuah fenomena sosial. Merek-merek seperti Mie Gacoan, Iblis, atau sejenisnya, berhasil membangun brand yang kuat di kalangan anak muda. Mereka tidak hanya menjual mie pedas, tetapi juga pengalaman dan tantangan. Nama-nama level pedas yang unik, suasana tempat makan yang seringkali ramai dan instagramable, serta harga yang terjangkau, menjadikannya pilihan favorit untuk kongko dan bersosialisasi. Menaklukkan level pedas tertinggi atau sekadar menikmati mie dengan teman-teman menjadi salah satu bentuk kuliner yang fomo di Indonesia yang paling bertahan lama.
4. Minuman Kopi & Boba Kekinian: Gaya Hidup Dalam Genggaman
Sektor minuman juga tidak luput dari gelombang FOMO. Kedai kopi “grab-and-go” seperti Kopi Kenangan, Janji Jiwa, atau Fore Coffee, serta gerai boba seperti Chatime, Kokumi, atau Xing Fu Tang, telah mengubah cara masyarakat menikmati minuman. Dengan konsep yang praktis, branding yang kuat, dan kampanye promosi agresif, minuman-minuman ini menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup perkotaan. Memegang segelas kopi atau boba kekinian seolah menjadi fashion statement dan penanda bahwa seseorang mengikuti tren terbaru. Varian rasa yang terus diperbarui dan kolaborasi menarik selalu berhasil menciptakan hype dan mendorong orang untuk mencoba.
5. Indomie Warmindo “Naik Kelas”: Comfort Food yang Bertransformasi
Siapa sangka, Indomie—mi instan kebanggaan Indonesia—juga bisa menjadi objek FOMO? Fenomena “Warmindo naik kelas” adalah buktinya. Dari sekadar warung makan sederhana, kini banyak Warmindo atau kafe yang menyajikan Indomie dengan cara yang lebih premium dan instagramable. Dengan tambahan topping melimpah seperti keju mozarella meleleh, kornet, irisan daging, telur omega, hingga sajian di mangkuk estetik, Indomie yang tadinya hanyalah makanan cepat saji kini menjelma menjadi hidangan gourmet yang pantas diviralkan. Inovasi ini membuktikan bahwa bahkan comfort food pun bisa naik level dan menciptakan FOMO tersendiri.
Mengapa Kuliner yang fomo di Indonesia Begitu Menggoda?
Daya tarik kuliner yang fomo di Indonesia terletak pada kombinasi unik antara sensasi rasa, pengalaman sosial, dan pengakuan digital. Ketika setiap suapan menjadi konten yang potensial untuk media sosial, makanan tidak lagi hanya tentang nutrisi, tetapi juga tentang identitas dan status. Kita membeli bukan hanya makanan, tetapi cerita, pengalaman, dan validasi dari teman-teman daring.
Pada akhirnya, fenomena FOMO dalam kuliner adalah cerminan dari dinamika masyarakat modern yang terhubung digital. Ini adalah bentuk eksplorasi rasa yang tak ada habisnya, didorong oleh rasa penasaran dan keinginan untuk menjadi bagian dari apa yang sedang “in”. Meskipun tren datang dan pergi, satu hal yang pasti: dunia kuliner Indonesia akan selalu punya kejutan baru yang siap menggugah selera dan memicu gelombang FOMO berikutnya.